THOUGHT&BOOK

January 31, 2023

Ichi-go Ichi-e, Konsep Budaya Jepang untuk Menghargai Setiap Momen

by , in
Ini adalah salah satu poster dorama The Makanai: cooking for the maiko house. Dorama terbaru yang tayang di Netflix pada Januari 2023. Sebenarnya ini bukan review dari kisah koki kecil Kiyo yang ada dalam dorama. Tetapi, sosok Kiyo menginspirasi saya tentang semangat dan gairahnya setiap hari. Di mata orang rutinitasnya sangat sepele dan mungkin saja melelahkan juga membosankan, setiap hari memasak untuk para gadis di rumah maiko. 

Tentu saja Kiyo ternyata tidak berpikir seperti itu, baginya aktivitas berbelanja ke pasar tradisional dan ke supermarket adalah petualangan kecilnya. 


Ketika salah seorang seniornya bertanya apakah ia tidak bosan menjalani aktivitas yang sama setiap harinya, yaitu berbelanja bahan makanan dan memasak. Kiyo menjawab bahwa ketika ia akan memasak, ia akan memikirkan banyak hal. Misalnya bumbu apa yang bisa dinikmati semua orang dan makanan apa yang akan menyenangkan buat semua, bahkan ketika ia menggunakan bahan atau menu yang sama. Ia selalu merasa hasilnya akan berbeda, ia pun kerap mengucapkan salam perkenalan karena Kiyo merasa setiap hari akan selalu ada hal-hal baru. Dan itu membuatnya bersemangat dalam melakukan rutinitasnya. 

Hal tersebut dalam masyarakat Jepang disebut Ichi-go ichi-e: satu kali, satu pertemuan. Konsep menghargai setiap momen, segala hal akan selalu baru. Ini adalah konsep budaya Jepang dengan sejarah yang panjang, mungkin saja muncul di abad ke 16. 

Saya jadi ingat saat-saat di mana saya merasakan kebosanan dengan aktivitas harian di kantor. Dan pada satu titik bisa jadi mempengaruhi produktivitas saya. Padahal, suatu saat saya pasti akan merindukan momen itu kembali. Apapun yang ada di sana. 



January 28, 2023

Cerita tentang Martabak Telur Gerobak Favorit

by , in

Tiba-tiba saja saya ingin cerita tentang salah satu makanan favorit saya yaitu martabak telor. Martabak telor sudah gak asing lagi ya di daerah manapun, dan seperti nasi goreng atau mie goreng, martabak juga menjadi makanan yang tak lekang oleh waktu. Hahahaa.. Mau umur kamu berapa pun sekarang, dari kecil pasti sudah kenal sama martabak. 

Konon dari beberapa sumber, martabak adalah makanan yang berasal dari India dan pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1930 di Lebak Siu Tegal. Nah, memang sudah lama ya keberadaan makanan ini di negara kita. Haha.. 

Adonan khusus yang tipis dari tepung yang digoreng di atas minyak panas, lalu ditaburi adonan telor berisi irisan daging sapi dan daun bawang. Lalu adonan tepung dilipat menutupi adonan telor, setelah matang dipotong-potong dan makannya pake acar timur dan cabe rawit hijau. Wah memang sangat berminyak. Hahha.. 
Saya dan suami punya kebiasaan yang tidak biasa saat jajan martabak telur, kami gak suka memakannya begitu saja tanpa nasi putih. Hahah, iya, jadi lauk dong ya.. Ya, kami memakan martabak telor bersama nasi. Hmm, enak lho. Sebetulnya ini adalah kebiasaan saya sebelum menikah, ketika itu saya dan teman satu kontrakan lagi kelaparan dan lagi males masak juga. Jadilah kami kepikiran beli martabak saja dan jadiin lauk, hahaha... 

Foto-foto yang saya ambil ini ada martabak gerobak di daerah saya bekerja, desa Karang Tunggal Tenggarong Seberang. Saya sudah lama menjadi pelanggan setia si bapak, beliau sangat ramah dan punya racikan yang pas. Harganya mulai dari 15ribu hingga 50ribuan, harga martabak gerobak pada umumnya. Selain martabak telor beliau juga menjual martabak manis dan gak kalah enaknya. Sebenarnya, di sekitar daerah sini banyak yang jual martabak karena daerah tenggarong seberang merupakan daerah yang dulunya adalah daerah transmigrasi. Dan sekarang banyak perusahaan tambang di kawasan ini, sehingga penduduknya juga rata-rata pendatang dari berbagai daerah. Tetapi, hanya martabak si bapak gerobak pink ini yang pas di lidah saya dan suami. Foto-foto ini saya ambil beberapa hari kemarin, sepulang kerja dalam keadaan hujan-hujanan  saya suami nekat dong berburu martabak karena sudah kadung kepingin. Ternyata memang enak hujan-hujan cuaca dingin, makan martabak sama nasi putih yang baru saja masak dan masih panas. Hemm.. 
















January 24, 2023

Hallo! Perpustakaan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur

by , in

Memanfaatkan hari cuti yang tinggal sehari, saya ngajak suami mengunjungi perpustakaan pemprov kaltim, udah lama sih pingin berkunjung. Sebelumnya saya sudah sempat berkunjung juga pas hari cuti kerja, tetapi cuma mampir liat-liat koleksi yang ada. Nah, pada kesempatan hari ini saya berniat buat kartu anggota kalau gak ribet prosesnya. 

Ketika masuk saya langsung bertanya kepada salah satu bapak-bapak (ada dua orang pria paruh baya) mengenai bagaimana proses pembuatan kartu anggota perpustakaan. 
"Silahkan isi datanya di komputer sebelah sana." Beliau menunjukkan 2 unit komputer yang siap digunakan di lorong yang diapit tiga buah ruangan. Mengikuti arahan si bapak, saya segera menggunakan komputer yang ada dan menu pendaftaran sebagai anggota juga sudah tersedia di layar monitor. Data yang diisi hanya data pribadi biasa seperti pendaftaran pada umumnya, cuman diminta mengisi nama ibu kandung seperti proses pembuatan rekening di bank. Setelah semua data diinput dan disubmit, akan keluar nomor registrasi dan perintah pencetakan kartu. Oh ya, sebenarnya di dinding lorong seberang komputer sudah dipasang papan petunjuk tata cara pendaftaran keanggotaan. Cuman karena saya gak perhatikan, saya langsung bertanya saja ke salah satu bapak yang lain di tempat yang sama tentang bagaimana proses selanjutnya. 

Saya diarahkan ke bagian informasi, di sana data saya diverifikasi dan diminta untuk cetak kartu di ruangan ujung koridor tadi untuk di foto dan pencetakan kartu. Karena tidak ada yang antri jadi prosesnya benar-benar sat set kelar. Saya langsung aja naik ke lantai 2 untuk meminjam novel dan referensi lainnya, namun karena novel yang saya cari gak ada mungkin gak ketemu letaknya atau sedang dipinjam, mau cari dikomputer yang tersedia juga saya lupa judul dan penulisnya. Waktu kunjungan sebelumnya saya sempat baca beberapa halaman novel dari penulis Jepang itu.
Sekian lama cari-cari, saya duduk membuka-buka novel Virginia Woolf, Mrs Dolloway. Ahh, ternyata saya gak siap mikir, novelnya agak berat dan bikin ngantuk. Mungkin saya akan beli saja karen yaa... Pasti bacanya gak bisa diberi batas waktu. Hehehe... Saya kembali berkeliling diantara beberapa rak yang berisi fiksi dan referensi sastra atau sejarah. Waktu itu keadaan perpustakaan gak terlalu ramai, sempat ada segerombolan remaja, mungkin anak kuliahan yang agak berisik karena mereka bukannya buka-buka buku malah ngobrol kayak lagi di kafe. 

Finnaly! Aku nemu buku Momoye karya Eka Hindra dan Koichi Kimura, tentang biografi sejarah jugun ianfu. Dulu banget, waktu saya masih sering bolak-balik perpustakaan untuk sekedar menghabiskan waktu karena jobless dan nunggu panggilan kerja lainnya. Oh! Saya nemu pengumuman lowongan kerja yang mengantarkan saya ditempat kerja yang sekarang, itu dari koran kaltim yang saya baca di perpustakaan ini lho.. Hahaha.. Dulu selain baca buku saya juga baca koran harian dan ngelist lowongan pekerjaan, haha. 

Nah, pada waktu itu saya tertarik sama topik jugun ianfu, yaitu perbudakan sex gadis-gadis Indonesia pada masa penjajahan Jepang kala itu. Saya berusaha ngumpulin beberapa referensi, hanya ada sedikit dan tidak mendalah dr internet. Sempat disinggung soal buku ini, cuman gak tahu dapetnya di mana. Padahal kalau dilihat dari histori cetak buku ini 2007 dan masuk ke perpustakaan Oktober 2011, dan tadi juga saya lihat ada beberapa copy. Dan waktu saya ingin menyusun riset itu kisaran tahun 2011-an, oh iya... Barangkali ketika itu bukunya belum masuk. Karena saya masuk kerja di Maret 2012 deh.. Dan seingat saya ketika itu kayaknya belum dicetak??? Wah, buku yang ini apa bukan ya haha. Tetapi, memang penulisnya saya ingat Eka Hindra. 

Ya sudahlah yaa... Selesai baca saya akan ceritain lagi tentang buku ini, dan mungkin saya akan memulai risetnya kembali. 

Perpustakaan Pemprov Kaltim ini berada di Samarinda jl. Juanda 4 tepat disamping jembatan layang. Untuk informasi detailnya, bisa langsung ke websitenya saja perpustakaan Pemprov Kaltim



January 20, 2023

5 Novel Berlatar Sejarah Pasca Tahun 1966 dari Penulis Terbaik Indonesia

by , in

Dari cerita fiksi kita dibawa pada sejarah kelam Indonesia

 


Peristiwa pada tahun 1965-1966 hingga tahun-tahun berikutnya penuh dengan konflik yang tak mungkin dituangkan dalam buku pelajaran Sejarah secara konvensional. Puncaknya tahun 1966 terjadi pembantaian usai peristiwa G30S PKI 1965 dan gelombang demonstrasi, di mana Soekarna lengser dan masa Orde Baru dimulai. Soeharto pun perlahan menjadi diktator yang menguasai Indonesia selama 32 tahun dan meletuskan kerusuhan terbesar di Negara ini pada tahun 1998.


Melalui cerita fiksi, baik novel, cerita pendek, puisi maupun karya prosa lainnya telah merekam peristiwa tersebut. Tak lekang oleh waktu untuk menyampaikan pesan pada generasi berikutnya tentang bagaimana sejarah Indonesia sebenarnya. Berikut ini adalah beberapa novel dengan kisah dan latar peristiwa pasca peristiwa 1966 dari para penulis terbaik Indonesia.

 


1.       Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari

Novel ini diterbitkan pertama kali di tahun 1982 oleh salah satu penulis terbaik Indonesia, Ahmad Tohari. Sejarah panjang seputar publikasi novel ini yang dulunya dibagi dalam trilogi dan beberapa film adaptasinya, membawa novel ini melalui penerbitan berulang kali.


Ronggeng Dukuh Paruk menceritakan tentang seorang gadis desa yang bernama Srintil, ia menjadi kembang desa yang piawai menari dan diam-diam menjalin hubungan dengan Rasus seorang kawan kecilnya. Namun kisruh terjadi pada tahun 1965, pedukuhan dibakar dan seluruh seniman ronggeng di tangkap.


Srintil ikut ditangkap dan diperlakukan tidak beradab oleh para petugas di penjara, meskipun ia dilepaskan dan masih harus wajib lapor. Sebagai narapidana dan disebut-sebut PKI, Srintil berusaha kembali memperbaiki hidupnya. Sampai pada akhirnya ia bertemu seorang pria bernama Bajus, malang nasib Srintil ternyata Bajus berniat jahat.


2.       Saman dan Larung karya Ayu Utami

Saman adalah novel pertama karya Ayu Utami yang terbit tahun 1998, dengan latar pada masa kekuasaan Orde Baru. Novel ini merupakan pemenang Sayembara Roman Dewan Kesenian Jakarta tahun 1998 dan menjadi awal pergerakan sastra baru kaum hawa yang disebut juga sastra wangi.


Saman adalah seorang mantan pastor di pedalaman Sumatera Selatan yang beralih menjadi aktivis penentang pemerintahan Orde Baru. Kala itu daerah permukiman penduduk hendak diambil alih oleh pemerintah untuk perkebunan kelapa sawit, bagi mereka yang menolak, pemerintah tidak akan segan-segan melakukan tindakan kekerasan. Saman sendiri terhubung dengan 4 sahabat wanita, yaitu Shakuntala, Cok, Laila dan Yasmin Moningka. Dan seorang gadis kecil dengan keterbelakangan mental yang bernama Upi. Dalam novel ini, Ayu Utami akan membahas bagaimana perspektifnya mengenai seksualitas wanita dan gaya era pemerintahan Soeharto.


Larung adalah novel lanjutan dari Saman yang terbit tahun 2001, masih bercerita tentang Saman yang telah melarikan diri ke New York dengan bantuan 4 sahabat wanita Yasmin dan kawan-kawannya. Pada titik ini, Larung akan muncul sebagai sosok aktivis lain yang bergabung dan membantu Saman untuk melarikan beberapa aktivis lainnya.


3.       Amba karya Laksmi Pamundjak

Novel Amba terbit pertama kali pada tahun 2012 yang berkisah tentang seorang wanita yang kembali mereguk ingatannya di Pulau Buru. Pada mulanya Amba bertemu dengan seorang pria bernama Bhisma dan menjalin hubungan, tetapi hubungan itu tiba-tiba saja terputus ketika terjadi Peristiwa G30S PKI di Yogyakarta. Bhisma menghilang dan diasingkan di pulau Buru pada tahun 1971, ia meninggalkan Amba yang tengah hamil.


Novel Amba meraih penghargaan LiBeraturpreis tahun 2016 di Jerman, membuat nama Laksmi Pamundjak semakin dikenal tidak saja di Indonesia tetapi juga di dunia Internasional. Amba memiliki novel lanjutan yang berjudul Kekasih Musim Gugur yang terbit pada tahun 2020 dengan waktu dan peristiwa yang sudah berbeda.


4.       Pulang karya Leila S Chudori

Leila S Chudori adalah mantan wartawan senior di Tempo, setelah masa-masa yang tidak lagi sibuk ia kembali menulis novel dan menerbitkannya. Salah satu karyanya yang terbit pada tahun 2012 yang berjudul Pulang, kisah tentang para aktivis di era tahun 60-an dan 90-an, di mana para mahasiswa di luar negeri yang tidak bisa kembali ketika peristiwa G30S PKI kemudian kisah beralih pada kerusuhan tahun 1998.


Cerita bermula ketika 4 sahabat mendengar beberapa kawannya di Jakarta ditangkap tentara dan tewas sekitaran tahun 1968. Mereka terpaksa menyandang status eksil di Prancis sambil bertahan hidup dengan mengelola sebuah restoran. Kemudian, pada tahun 1998 Lintang Utara merupakan salah satu anak dari 4 sahabat eksil kembali ke Indonesia. Apa yang terjadi di Indonesia sungguh mencengangkan, kerusuhan terjadi pada Mei 1998 dan tumbangnya Soeharto setelah 32 tahun berkuasa.


5.       Laut Bercerita karya Leila S Chudori

Novel Laut Bercerita menjadi best seller saat ini dan berhasil menyentuh pembaca lebih luas di kalangan generasi millennial dan Gen Z. Novel yang terbit pertama kali tahun 2017 ini telah diadaptasi dalam film pendek dan menjadi bahan diskusi di mana-mana, novel ini juga telah terbit dalam bahasa Inggris.


Bermula dari kisah seorang mahasiswa yang bernama Laut, ia merupakan penggerak sebuah aktivitas perlawanan pada masa Orde Baru, tahun 1996 hingga 1998. Saat kerusuhan terjadi dan banyak aktivis yang hilang, Laut pun ikut menghilang. Jauh di tahun yang berbeda setelahnya, Asmara adik Laut membentuk lembaga khusus untuk menangani orang yang dihilangkan secara paksa. Dan mencoba menelusuri peristiwa hilangnya Laut dan kawan-kawannya.


Itulah beberapa novel yang mengambil latar pasca tumbangnya Orde Lama dan berganti masa Rezim Orde Baru. Banyak kisah kelam yang selama ini tak pernah kita bayangkan, namun generasi kini perlu mengetahuinya, meski hanya melalui cerita fiksi. Banyak peristiwa sejarah yang benar adanya di dalam cerita-cerita tersebut.




*)Source Image: commons.wikipedia.org

January 17, 2023

Siapa Sangka Menulis Ternyata adalah Pekerjaan yang Melelahkan

by , in

That's why penulis yang berkualitas harus dibayar mahal

Beberapa bulan terakhir ini, tepatnya sekitar november 2022 tahun lalu, saya mulai rutin menulis artikel. Setidaknya dalam sebulan ada 2 atau 3 artikel yang bisa saya selesaikan di tengah-tengah kesibukan kantor. Dan mulai mengirimkan tulisan ke situs komunitas media online yang sejauh ini ada tiga artikel yang mereka publish. Masih terlalu sedikit untuk menjadi verified writer di sebuah media community. Bener-bener harus lebih giat belajar lagi nih! gimana sih nulis artikel yang bagus dan diminati media. Dan memang alasan sebenarnya mengapa saya mulai menulis artikel adalah karena katanya, menulis artikel bisa jadi cuan. Hahaha. 


Artikel yang tidak berhasil dipublish maka saya posting sendiri di blog pribadi. Lumayan blog ini jadi gak sepi. Tahun lalu, saya juga mencoba menulis novel di platform online yang beberapa tahun terakhir ini sangat populer di kalangan remaja hingga ibu-ibu rumah tangga. Dan menarik nya juga sudah menyentuh mereka yang jauh di pedesaan lho. Namun, saya belum bisa konsisten menulis cerita dan gak sabar ingin segera memiliki banyak pembaca. Ya, mungkin karena motivasi utama saya tadi itu, untuk mendatangkan cuan, hahha. 


Kabar gembiranya adalah, beberapa waktu terakhir ini saya jadi beneran suka menulis artikel. Menyenangkan rasanya ketika berhasil menyelesaikan sebuah artikel dan gak percaya bahwa saya berhasil menyelesaikan sebuah tulisan. Em, teknik penulisan artikel National Geographic menjadi favorit saya akhir-akhir ini dan saya berusaha mempelajarinya, yaitu teknik bercerita untuk menggambarkan ilustrasi tema yang rumit sehingga mudah dipahami. 

Seperti judul saya di atas, menulis ternyata sangat melelahkan. Begitulah adanya, untuk menyelesaikan sebuah artikel sepanjang 500 kata saya bisa menghabiskan hampir separuh hari, seharian, atau bahkan hingga dini hari saya pun masih menulis. Tergantung tema yang diangkat dan referensi yang ditemukan. Ketika saya tengah tenggelam dalam tulisan, saya menjadi benar-benar lupa untuk melakukan hal yang lain. Enggan beranjak dari meja tulis atau laptop atau bahkan dari handphone, karena kalau lagi bosan menulis duduk saya akan menulis di handphone sambil berbaring. Saya juga sering mengabaikan waktu makan dan tak peduli dengan rasa lapar di perut yang sudah meronta-ronta. 


Waktu akan menjadi lebih lama pada saat sedang mencari referensi tiba-tiba saya menemukan tulisan yang menarik, namun tidak sesuai dengan referensi yang saya cari. Meskipun tergoda dan sempat teralihkan, karena menemukan referensi yang beririsan dengan tema tetapi tidak sesuai dengan kerangka tulisan. Saya juga harus tetap fokus dengan tujuan penulisan artikel. Selain itu, menulis di platform online harus menyediakan ilustrasi yang cocok, nah! ini juga cukup menghabiskan waktu karena perlu mencari foto atau gambar yang menarik. Foto atau gambar juga sudah banyak tersedia di situs-situs gratis seperti unsplash.com atau freepik.com.


Di era teknologi sekarang ini kita patut bersyukur, referensi tersedia online berupa buku, jurnal, website dan lain sebagainya yang bisa dijadikan rujukan. Kebayang kan kalau harus mencari sumber keluar dan memilahnya lagi, that's why penulis yang baik harusnya dibayat mahal. Hahaha. 


Well, saya akan puas melihat hasil tulisan saya setelah melalui proses editing njlimet cukup memakan waktu bagi saya. Hahaha. Semoga tahun 2023 ini menjadi tahun yang meningkatkan kompetensi dan hasil kepenulisan saya baik artikel maupun novel. Meskipun aktivitas membaca jadi berkurang, sepertinya saya perlu menemukan ritme dan jadwal rutin untuk kedua aktivitas ini. Membaca dan Menulis :) 




*)Source image: Unsplash and Pinterest

January 15, 2023

5 Ide Mood Booster yang Membangkitkan Semangat Menulis

by , in

 

Tidak hanya mengembalikan mood menulis tetapi juga membuat situasi kembali kondusif


Keadaan kota yang macet saat kita terburu-buru menuju kantor atau saat pulang ke rumah, setelah seharian dengan tumpukan pekerjaan yang harus dikejar. Lalu ada hal-hal yang tak terduga misalnya seperti perubahan rencana kerja dan perintah dadakan dari atasan. Semuanya sangat melelahkan bagi kamu yang masih bekerja kantoran sambil nulis, tetapi hal serupa seperti kelelahan karena rutinitas dapat terjadi pada siapa saja.

Saat kelelahan kita bisa saja beristirahat dan mungkin kembali menemukan ide tulisan, tetapi justru setelahnya sering kali kita merasa malas atau ide tulisan tiba-tiba saja mandek dan tidak tahu harus memulainya dari mana. Kelelahan hanyalah salah satu penyebab demotivasi dalam kegiatan menulis, masih banyak lagi penyebab lainnya yang bahkan luput dari perhatian kita atau tak terdeteksi.


Jangan khawatir, hal itu wajar dan kita harus mengatasinya dengan menemukan mood booster. Yuk, coba 5 ide di bawah ini:

1. Moodboard sebagai stimulan semangat menulis

Penggunaan moodboard dalam dunia desain bukan lagi hal baru, biasanya para pekerja kreatif menggunakan moodboard sebagai acuan dalam proyeknya. Mereka menyusun gambar atau ilustrasi, palet warna, menyusun kata yang sesuai dengan font menarik dan lain sebagainya. Seseorang yang memiliki latar belakang desain yaitu Cameron Chapman menulis dalam toptal.com, bahwa salah satu tujuan moodboard adalah untuk merangkum ide agar mudah disampaikan pada klien.

 

Bagi seorang penulis moodboard seperti ini dapat diadaptasi, kita bisa membuatnya dalam bentuk digital atau dalam bentuk fisik. Kita akan memilih gambar dari koleksi pribadi atau dari situs gratis, kita bisa mengkurasi gambar juga menambahkan warna dan quotation sesuai dengan topik yang kita sukai. Misalnya kita memilih topik tentang aktivitas seorang penulis atau sebuah gambaran cerita yang pernah terlintas sambil lalu, atau apa saja yang berhubungan dengan dunia kepenulisan favorit kita.

 

Dalam bentuk digital dapat pula memajangnya menjadi wallpaper di handphone atau di layar laptop. Atau sengaja kita simpan dalam gallery yang sewaktu-waktu akan kita gunakan untuk membangkitkan gairah menulis. Atau, gairah itu sudah muncul ketika kita sedang mengerjakan moodboard.

 

Nah, jika kita menginginkannya dalam bentuk fisik, maka bisa saja kolase yang telah disusun tersebut dicetak dan dipajang di area meja tulis agar mudah dilihat. Bisa juga hasil kurasi foto dan gambar-gambar menarik langsung kita tempel di dinding.


2. Baca majalah yang menurutmu menarik

Majalah memiliki beragam gambar dan warna-warna menarik, diminati berbagai kalangan dari anak kecil hingga orang dewasa. Menurut penelitian dari MIS Research Centre University of Minnesota (t-sciences.com), hal ini sangat relevan karena otak manusia cenderung lebih menyukai gambar dan warna, di mana otak manusia 60.000 kali lebih cepat dalam memproses gambar ketimbang teks.  

 

Ketika sedang merasa kehilangan semangat untuk menulis padahal sudah banyak ide di kepala atau karena bingung memilih topik untuk ditulis. Cobalah buka kembali koleksi majalah yang kita punya baik majalah fisik atau versi digital, bisa juga kita cari majalah yang menjadi favorit dengan edisi terbaru. Dengan melihat-lihat gambar dan cerita yang ada di sana serta sajian warna yang memanjakan mata, maka otak akan segera menangkap stimulan ini dan memprosesnya lalu membangkitkan kembali energi kita untuk menulis.


3. Tulis jurnal harian mengenai hal-hal yang menarik minatmu

Menulis sudah diyakini para peneliti sebagai terapi yang mendatangkan banyak manfaat untuk manusia. Khususnya dapat menenangkan karena kita dapat menguraikan kegelisahan dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh. Yang ditegaskan pula dalam penelitian Dr. James Pennebaker, PhD dan Joshua Smyth PhD (psycom.net).

 

Saat dalam situasi tidak ingin menulis artikel atau cerita yang menuntut untuk berpikir dan tentunya sebuah dorongan, kita dapat memilih mengambil jurnal harian atau buku harian. Menulis di sana tidak perlu berpikir keras atau banyak berpikir, tulis saja tentang hal yang membuatmu bingung dan tidak bersemangat. Dan tulis pula tentang hal menarik yang membuatmu penasaran, coba uraikan menurut tafsirmu saat itu jangan pikirkan benar atau salah, tugasmu hanya menulis.

 

Barangkali bisa kita sebut tulisan ngalor-ngidul, namun tanpa kita sadari apa yang tengah dilakukan adalah sebuah proses yang bisa kita samakan dengan “brainstorming” kita menulis topik dan kita menganalisisnya sendiri. Setelah mood kembali pulih, keinginan untuk menulis seperti biasa akan kembali mendorongmu menuju meja tulis dan membuka laptop.

 

4. Ngobrol dengan orang terdekat mengenai hal terupdate

Berada di antara orang-orang terdekat dan berbagi cerita dengan mereka dapat membuat perasaan lebih baik, orang yang dapat dipercayai dan sangat mengenal kita. Dalam hal ini bisa keluarga atau para sahabat, karena secara psikologis manusia membutuhkan interaksi sosial yang membuatnya nyaman dan bahagia (pcycnsw.org)

 

Membicarakan perihal terupdate atau isu-isu yang sedang viral dengan orang terdekat dengan memberikan sudut pandang pribadi dan mendengarkan pendapat mereka tanpa khawatir salah bicara, ini juga bisa kita katakan “brainstorming.” Dikutip dari laman niu.edu bahwa brainstorming adalah sebuah konsep dan metode yang telah ada sejak 70 tahun yang lalu, salah satu manfaat brainstorming adalah menemukan solusi.

 

Melalui obrolan tersebut akan memicu otak kita menjadi lebih aktif dan terlatih untuk menganalisis. Semangat pun akan kembali untuk segera menulis.


5Nonton sebuah film yang bagus

Di kala pikiran sedang suntuk karena berbagai macam faktor, melakukan aktivitas apa pun terasa enggan. Jangankan kembali menulis artikel atau melanjutkan tulisan novel atau jenis tulisan lainnya, keluar kamar saja terkadang jadi malas.

 

Namun, yang perlu kita ingat adalah bahwa hanya diri sendiri yang dapat mendorong situasi negatif keluar dari dalam diri. Dan film yang bagus akan memperbaiki mood dan mengembalikan energi untuk beraktivitas. Film yang bagus adalah menarik dari segi cerita dan kualitas dari keseluruhan elemen yang membentuk film tersebut. Hal ini dijelaskan dalam penelitian MRI Fungsional dari website mentalfloss.com, bahwa otak emosional terpicu ketika menangkap ekspresi kita saat merespon apa yang kita lihat dalam film, jadi itulah mengapa kita perlu memilih film yang bagus untuk kembali membawa suasana yang kondusif.

 

   Berbagai situasi dapat menimbulkan kekacauan dalam rutinitas kepenulisan kita, entah itu dari dalam diri sendiri atau datang dari faktor luar yang tidak dapat diprediksi. Dan lebih banyak lagi hal-hal yang tidak terduga, tetapi selalu ada cara untuk mengatasinya. Maka usahakanlah! selamat kembali menulis.




*)Source image Unsplash and Freepik