Sebetulnya saya agak sedikit kebingungan memilah antara karya sastra dan fiksi populer. Tadinya saya hanya berpikir bahwa karya sastra memiliki diksi yang lebih rumit dengan mengangkat cerita yang lebih berat.
Namun, ketika jalan-jalan ke toko buku saya menjadi tambah kebingungan.
Kenapa?
Karena buku-buku yang terpajang sudah beragam alirannya. Ada novel terjemahan, novel remaja, novel dewasa, novel metropop, puisi, fiksi religi, komik, fiksi dengan ilustrasi penuh, buku motivasi yang juga diikuti seni grafis, fiksi yang berbahasa Inggris dengan penulis Indonesia, dan lain sebagainya.
Apakah ini sebuah perkembangan? Ya, barangkali begitu.
Dulu semasa kuliah saya cukup mengenal chicklit dan teenlit, ceritanya ringan dengan bahasa yang mudah namun sangat menghibur. Sekarang mungkin berganti dengan novel metropop dan novel remaja.
Beranjak lebih dewasa, saya mulai diracuni oleh teman dengan bacaan yang lebih berat dan terkadang sulit saya pahami dan membuat saya bosan. Yaitu buku-buku yang bertema politik atau lainnya baik fiksi maupin non fiksi. Lama-kelamaan saya justru ketagihan mencari jenis fiksi serupa, saya menjadi lebih berpikir ketika harus memahami kata-kata yang tersusun, saya menemukan wawasan baru dan lebih luas.
Saya merasa dekat dengan peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi pada suatu waktu, melalui fiksi para penulisnya mencoba menceritakan apa yang sebenarnya pernah terjadi dan membawa saya untuk lebih mendalami apa yang saya baca.
Sejak saat itu saya meninggalkan chicklit dan teenlit, ehm.
Mmh, kembali lagi pada apa yang ingin saya bahas disini, yaitu mana yang lebih menarik antara karya sastra atau fiksi populer? Nah, sebelum itu saya harusnya bisa dong membedakan keduanya.
Khususnya dalam bentuk tulisan, sastra meliputi karya-karya fiksi dan non fiksi. Namun dalam perkembangannya sastra pun mengalami periode dan melebur ke dalam beberapa bentuk. Prosa dan Puisi adalah bentuk yang familiar dalam karya populer.
Lalu, dimana posisi fiksi populer dalam dunia sastra?
Kenapa?
Karena buku-buku yang terpajang sudah beragam alirannya. Ada novel terjemahan, novel remaja, novel dewasa, novel metropop, puisi, fiksi religi, komik, fiksi dengan ilustrasi penuh, buku motivasi yang juga diikuti seni grafis, fiksi yang berbahasa Inggris dengan penulis Indonesia, dan lain sebagainya.
Apakah ini sebuah perkembangan? Ya, barangkali begitu.
Dulu semasa kuliah saya cukup mengenal chicklit dan teenlit, ceritanya ringan dengan bahasa yang mudah namun sangat menghibur. Sekarang mungkin berganti dengan novel metropop dan novel remaja.
Beranjak lebih dewasa, saya mulai diracuni oleh teman dengan bacaan yang lebih berat dan terkadang sulit saya pahami dan membuat saya bosan. Yaitu buku-buku yang bertema politik atau lainnya baik fiksi maupin non fiksi. Lama-kelamaan saya justru ketagihan mencari jenis fiksi serupa, saya menjadi lebih berpikir ketika harus memahami kata-kata yang tersusun, saya menemukan wawasan baru dan lebih luas.
Sejak saat itu saya meninggalkan chicklit dan teenlit, ehm.
Mmh, kembali lagi pada apa yang ingin saya bahas disini, yaitu mana yang lebih menarik antara karya sastra atau fiksi populer? Nah, sebelum itu saya harusnya bisa dong membedakan keduanya.
Khususnya dalam bentuk tulisan, sastra meliputi karya-karya fiksi dan non fiksi. Namun dalam perkembangannya sastra pun mengalami periode dan melebur ke dalam beberapa bentuk. Prosa dan Puisi adalah bentuk yang familiar dalam karya populer.
Lalu, dimana posisi fiksi populer dalam dunia sastra?
- Prosa Lama adalah prosa yang dibuat murni dengan bahasa Indonesia dan belum dipengaruhi oleh budaya Barat.
- Prosa Baru, justru kebalikannya. Prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apapun dengan berbagai pengaruh budaya asing.
Jadi bisa dikatakan, fiksi populer merupakan bentuk Prosa Baru dalam sastra yang terdiri dari jenis-jenis novel dan karangan lainnya yang berkembang pesat setelah era reformasi.
Dan beberapa tahun terakhir ini, menjamur karya prosa yang disandingkan dengan ilustrasi seni rupa.
Dan beberapa tahun terakhir ini, menjamur karya prosa yang disandingkan dengan ilustrasi seni rupa.
Kembali kepada fungsi sastra menurut saya, sastra memiliki sudut pandang sendiri dalam mencatat peristiwa dan waktu. Jadi, sekalipun perkembangan sastra serius kini melahirkan bentuk baru yaitu fiksi populer, haruslah tetap berpegang pada fungsi ini. Ada nilai yang berkembang dalam masyarakat, dan kita menangkapnya melalui pesan-pesan yang terkandung dalam setiap karya.
Yah, saya begitu mencintai 'kata-kata' yang mampu mendeskripsikan sesuatu, seakan-akan saya dapat melihat dan merasakan hanya dengan membaca rangkaian kata-kata. Hmm, mungkin ada literasi yang lebih tepat untuk hal ini? diskusiin yuk temen-temen...
*)source image: pinterest and canva. *)Referensi: wikipedia dan perenungan.
*)source image: pinterest and canva. *)Referensi: wikipedia dan perenungan.
Jadi, sastra berkembang lumayan pesat ya kak. Bahkan menurut saya sekarang buku fiksi populer sudah hadir dengan berbagai macam genre. Kyknya kalau mempelajari sastra secara mendalam, bakalan panjang ya :'D nice post kak!
ReplyDeleteayo dong gimana menurutmu, sejujurnya akupun masi bingung
DeleteAku juga masih belajar kak. Masih cari buku yg ngebahas ttg sastra dan fiksi, tapi kalo mnrt aku perkembangan zaman jga jadi pengaruh buat penulis sastra, kalo penulis sastra thn 80-90an ada ciri khas yg susah di tiru oleh penulis era modern kyk sekarang, hehe cuma teori sotoynya aku ✌
Delete