Rainbirds yang ditulis oleh Clarissa Goenawan pernah meraih The Bath Novel Award 2015, sebuah prestasi yang membuat saya penasaran untuk membaca tulisannya.
Singkat cerita, saya mendapatkan buku ini pada tumpukan buku-buku di Gramedia. Tak sabar membacanya, tau-tau saya sudah menyelesaikannya dalam tiga hari nyambi ngantor dan mengurus rumah. Sebuah kejutan bagi saya yang biasanya paling tidak satu buku dalam dua minggu baru tamat, untuk ketebalan buku seperti Rainbirds, hal ini tentu saja menarik.
Baiklah, kita masuk dalam pembahasan buku yang ditulis oleh Clarissa Goenawan, Rainbirds. Tulisannya cukup ringan mudah dipahami dengan pilihan-pilihan kata yang menarik namun terangkai apik. Alur cerita yang maju-mundur terasa sangat mengalir, kita tidak akan kesulitan untuk mengikutinya.
Jika sudah pernah membaca karya-karya penulis Jepang, seperti Haruki Murakami misalnya, kita akan langsung mengerti dari mana Clarissa Goenawan mendapat inspirasi dan bagaimana ia membalut kisah dalam Rainbirds. Meskipun ia seorang penulis Indonesia, saya rasa Clarissa Goenawan cukup piawai menggambarkan pendekatannya pada kehidupan Jepang, saya larut di dalamnya. Walaupun saya akui, Rainbirds ditulis tidak cukup mendalam sehingga tidak meninggalkan kesan seperti setiap kali saya membaca buku yang menarik bagi saya.
Namun, Rainbirds sangat menghibur dengan segala yang sederhana dan mudah dicerna di dalamnya. Misal saja kota imajiner Akakawa yang menjadi setting utama dalam cerita, poin ini yang menarik bagi saya. Bagaimana Clarissa Goenawan membangun kota dan kehidupannya melalui imajinasi, sungguh suatu hal yang patut membuat saya merekomendasikan buku ini untuk dibaca.
Clarissa Goenawan membuat banyak konflik-konflik kecil untuk menuju satu konflik utama, awalnya saya kira ini adalah tentang bagaimana kita akan digiring menuju pembunuh sesungguhnya, sebuah kronologi atau barangkali trik thriller yang mencengangkan, tapi ternyata Rainbirds adalah sebuah novel yang bisa dikatakan masuk kategori novel psikologis.
Dari semua rentetan kisah, sebenarnya hanya terpusat pada Ren Ishida dan pergolakan dalam dirinya sendiri. Rasa sayang yang tak ia pahami terhadap kakaknya yang terbunuh secara misterius dan mendatangkan rasa bersalah kemudian menghantuinya.
Yah, gak banyak yang bisa saya cerikan tentang novel Rainbirds. Silahkan baca ya, sesuatu yang berbeda dari penulis baru Indonesia.
*)Source Image: Pinterest, Google Image
Ha!! Ini novel yg pingin aku baca dari lalu lalu, tapi gak kebaca baca gara2 lagi kepo sama novel yg lain. Ngeliat ada sesama blogger yg sudah review novel rainbirds, aku jdi malah jadi kepingin baca. Thanks utk ulasannya kak!
ReplyDeleteBaca deh neng, aku mau tau menurut kamu gimana? 😉
DeleteMantap bgt kaks!
ReplyDeleteKalau sempat main juga ke blog saya Cerita Alister N ya.... Makasih 🙏🙏
wah makasih mbk udah mampir :)
Delete