Kisah yang berlatar ketika perang dunia 2 sedang berkobar, jauh di sudut Tokyo ada kehidupan anak-anak yang sangat sederhana dan menyenangkan. Bagaimana mereka belajar bersama Mr. Kobayashi, dengan kurikulum sekolah yang berbeda dari kebanyakan sekolah konvensional, di balik jendela-jendela kelas bekas gerbong kereta.
Hingga Totto-chan memulai dan melalui semua hari-harinya disana, di sekolah Tomoe Gakuen. Tomoe sendiri memiliki arti khusus, yaitu merupakan simbol kuno yang berbentuk koma, dua buah koma berwarna hitam dan putih yang menyatu membentuk sebuah lingkaran. Simbol suatu keseimbangan.
Totto-chan adalah anak yang menggemaskan dengan rasa ingin tahu yang berbeda dari kebanyakan anak seusianya. Mengingatkan saya pada keponakan, cerdas dan lincah. Namun, karena banyak ulah Totto-chan yang unik dan sulit dipahami, ia dikeluarkan dari sekolah dasar. Sekolah dasar lho... dan itu baru kelas satu. Kebayang kan betapa repotnya para guru menanganinya.
Mama akhirnya menemukan sekolah yang cocok untuk Totto-chan tanpa memberi tahu alasan kenapa ia harus pindah ke sekolah yang baru. Karena dampaknya mungkin saja akan membawa trauma buruk untuk anak seusianya, Mama hanya mengatakan ada sekolah yang sangat bagus.
Tomoe Gakuen memang sekolah yang luar biasa, tak ada anak yang tak betah disana kecuali ada beberapa orang tua murid yang merasa cemas akan sistem pengajaran yang diterapkan oleh Mr. Kobayashi. Padahal kepala sekolah hanya ingin anak-anak mampu berkembang dengan selaras antara tubuh dan pikiran mereka.
Banyak hal menarik yang diajarkan oleh sekolah Tomoe Gakuen, seperti kemandirian dan sopan-santun saling menghargai. Tanpa menimbang perbedaan. Kepala sekolah sangat baik, ia menanamkan pada anak-anak didiknya tentang kepercayaan diri serta tanggung jawab, membuat mereka paham akan hal-hal sulit yang terjadi pada orang dewasa tanpa kehilangan kepolosan anak-anak.
Saya jadi mengenal apa itu euritmik yang diciptakan oleh Emile Jaques Dalcroze atau puisi yang disebut Haiku.
Tetapi, sangat disayangkan sekolah yang terbuat dari gerbong-gerbong kereta api ini akhirnya terbakar habis oleh bom yang dijatuhkan oleh pesawat pembom B29 Amerika. Warga-warga diungsikan, begitu pula dengan Totto-chan.
Buku Totto-chan Gadis Cilik di Jendela yang ditulis oleh Tetsuko Kuroyanagi (nama asli Totto-chan) menceritakan masa kecilnya dan kenangan tentang sekolah Tomoe Gakuen. Buku ini mulai ditulis tahun 1979 dan awal terbit di tahun 1981. Edisi terjemahan bahasa Indonesianya bagus sekali dan bahasanya mudah dipahami. Saya bisa merasakan bagaimana kultur orang Jepang semasa itu, yang tak banyak berubah hingga kini.
Ada satu kalimat yang mengesankan saya,
"setiap anak dilahirkan dengan watak yang baik, yang dengan mudah bisa rusak karena lingkungan mereka atau karena pengaruh-pengaruh buruk orang dewasa. Mr. Kobayashi berusaha menemukan watak baik setiap anak dan mengembangkannya, agar anak-anak tumbuh menjadi orang dewasa dengan kepribadian yang khas."
Mr. Kobayashi selalu mengucapkan hal-hal baik kepada muridnya, seperti kepada Totto-chan, "kau benar-benar anak yang baik" lalu menekankan pada kata "benar-benar." Kalimat-kalimat baik sangat berpengaruh bagi tumbuh-kembang anak, sesuai yang ada dalam ajaran Islam, tentang bagaimana seharusnya orang tua bersikap dan berkata pada anak-anaknya.
Buku ini menjadi sangat laris ketika itu di Jepang, dan diterjemahkan pertama kali kedalam bahasa Inggris. Sementara Totto-chan (Tetsuko Kuroyanagi) menjadi begitu populer setelah mengangkat buku ini.
Buku ini sungguh mengesankan, saya jadi mengerti bagaimana pendidikan usia dini sangat mempengaruhi tumbuh-kembang pada anak. Seperti pada Totto-chan, layaknya kupu-kupu cantik yang mengalami metamorfosis sempurna.
Selamat membaca.
Selamat membaca.
OMG ini salah satu buku favoritku sepanjang masa. Udah baca buku keduanya? Buku keduanya bikin nangis sekaligus merinding.
ReplyDeleteBtw salam kenal aku Mega dari Pamperstory.com, isinya review tentang spa. Kalau senggang mampir ya.
salam kenal mbk mega, terimakasih udah berkunjung dan mengundang saya ^^
Deleteada buku keduanya? apadong judulnya,