THOUGHT&BOOK

Kepekaan Seorang Penulis


Merujuk judul tulisan saya kali ini, saya jadi teringat tentang suatu ketika dimana saya dipermasalahkan karena meletakkan kata 'koreksi' dan 'revisi' pada makna yang berbeda. 

Saya pun membuka KBBI, dan sekilas lalu saat itu saya merasa keliru dan ya udah deh... berusaha berlapang dada menerima kekalahan ketika mencoba berargumen tentang makna dari dua kata tersebut.

Tapi, saya tidak lega begitu saja. Saya yakin sekali bahwa kata 'koreksi' dan 'revisi' diletakkan pada konteks yang berbeda dan masing-masing memiliki spesifikasi.

Saya dan suami mencoba membahasnya, dimulai dengan saya menjelaskan apa yang saya pahami tentang perbedaan dua kata di atas, dan kami berdua mencari beberapa referensi. Kesimpulan kami adalah, dua kata tersebut adalah dua kata yang memiliki kesamaan namun dengan konteks yang berbeda.

Lalu, setelah menganalisis definisi dan tesaurus kedua kata tadi di KBBI, saya menyadari satu hal. Sebetulnya pemahaman awal saya tentang 'koreksi' dan 'revisi' tidak tepat juga sih. 

Ada identifikasi waktu dalam penggunaan dua kata tadi, bukan saja terbatas pada konteks, namun justru akan membentuk konteks. Begini;

*Koreksi artinya Pembetulan, Perbaikan dan banyak lagi||Tesaurus, salah satunya adalah Revisi.
*Revisi artinya Peninjauan (pemeriksaan) kembali untuk perbaikan||Tesaurus-nya adalah Perbaikan.

Kesimpulan saya, peletakan dua kata tersebut seharusnya adalah dikoreksi dulu kemudian direvisi. Revisi adalah bentuk hasil dari proses koreksi.
Kata suami, inilah yang dinamakan kepekaan terhadap makna kata, yang mana seorang penulis harusnya memiliki kepekaan-kepekaan semacam ini. Kepekaan itu misalnya, kepekaan secara teknis;

  1. Kepekaan Berbahasa, yaitu kemahiran dalam menggunakan gaya bahasa, teliti dalam setiap ejaan, kiasan, diksi, juga peletakan paragraf. Saya ambil contoh beberapa penulis favorit saya, seperti tulisan-tulisan DEE, Ayu Lestari, dan Andrea Hirata.                                                                                                                                     
  2. Kepekaan Materi, yaitu bagaimana mengemas materi tulisan dengan gaya kepenulisan dan menghasilkan tulisan yang mudah dipahami dengan pesan-pesan yang tersampaikan. Yang terdapat keseimbangan dan tanpa memaksakan tentunya. Saya rekomendasikan Ahmad Tohari deh, sastrawan ini dapat mengolah materi sederhana menjadi sangat indah dan mudah untuk diresapi dengan gaya kepenulisannya yang khas.

Selain itu pula kepekaan yang tak kalah penting adalah penjiwaan dan kematangan emosional,  sehingga dapat mempengaruhi pembaca. Dan kepekaan terhadap permasalahan-permasalahan sosial terutama di lingkungan sekitar. Karena setiap karya hendaknya mampu membawa sebuah perubahan, paling tidak menjadi sebuah corak pada waktu tertentu.

Nah, untuk bisa terlatih memiliki kepekaan-kepekaan tersebut, sebaiknya kita belajar untuk lebih perduli dengan apa yang terjadi di sekitar lingkungan kita, isu-isu yang menarik minat kita, lebih banyak mengamati, lebih banyak mendengar, lebih banyak lagi membaca, dan terus-menerus latihan menuangkannya dalam tulisan.



Referensi: KBBI, Tulisan Ismail Marahimin,dan Pernyataan Nawal el Saadawi.&Source Image: Pinterest.



10 comments:

  1. Dan, kepekaan semacam ini hanya bisa diperoleh dengan jam terbang menulis yang tinggi. Saya pikir begitu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mbak, jadi makin semangat belajar rajin menulis hehe

      Delete
  2. wah ternyata penting juga ya peka terhadap bahasa. harus lbh banyak baca lagi

    btw baru tau. revisi dulu baru koreksi. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih mbk udah berkunjung, btw itusi baru kesimpulan saya mbk masih kurang referensi xixixii

      Delete
  3. "belajar untuk lebih perduli dengan apa yang terjadi di sekitar lingkungan kita"

    Nah jadi semacam berkaca diri buat aku nih 😄

    ReplyDelete
  4. Semoga tetep konsisten ya mbak buat nulis dan makin peka :D

    ReplyDelete
  5. Saya setujuuu. Pak Ahmad Tohari begitu sederhana kata-katanya menjelaskan kronologi suatu cerita. Seperti teman yang sedang berkisah, padahal tema yang diangkat sensitif dan hikmah dibaliknya luar biasa dalam.

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah sesama penggemar ahmad tohari kita neng... makasi udah mampir, jepretannya teh zahra bagus

      Delete