Hujan semalam, membaui bumi menjadi begitu basah.
Dini hari telah turun di balik cahaya yang kedinginan, kumatikan lampu, berkas-berkas sinar sayup merambat pada renggang dinding-dinding rumah.
Kulihat bayanganku mendekati jendela, menyibak tirainya yang lusuh lalu menghela udara yang semerbak.
Segar dan aroma kabut tipis.
Bulir-bulir hujan membentuk irama dan warna pada rerumputan yang menjadi seperti menari-nari.
Kurasa, kali ini hujan begitu betah berlama-lama di halaman rumahku, hujan tak tampak ingin mereda, namun aku tak akan kemana-mana minggu pagi ini.
Kupejamkan mata mencoba larut dalam aliran hujan pada tanah yang kecoklatan, aku bercengkerama dalam benak, di sana kulihat langit yang memutih menyatu bersama awan-awan.
Hidup begitu sederhana pagi ini.
Suara air tertuang dalam gelas kaca di tanganku, aku meneguknya seolah teramat sangat kehausan, bukan, bukan.
Aku hanya benar-benar menyukai rasa air putih, melihatnya dalam gelas-gelas bening membuatku bersemangat dan melupakan rasa manis secangkir coklat hangat, atau juga secangkir teh melati, atau kopi pagi.
Air putih saja cukup.
Cukup sederhana, seperti pagi dan hujan.
*)sourceimage: riamegasari
No comments:
Post a Comment