THOUGHT&BOOK

Review Buku: Cerita Andrea Hirata tentang Orang-Orang Biasa


Kesan pertama saya ketika membaca bab awal dalam novel ini adalah, tertawa. Lalu, terbayangkan dengan jelas apa yang diceritakan oleh Andrea, dengan begitu mudahnya. 

Sudah lama saya tidak membaca karya penulis asal Bangka Belitung ini, sejak buku tetralogi laskar pelangi menjadi sangat populer ditengah-tengah dunia sastra Indonesia. Andrea Hirata membawa warna tersendiri yang menjadi ciri khasnya dan mengantarkan dunia literasi kita lebih dikenal di dunia Internasional, lewat berbagai penghargaan atas karya-karyanya.
Di buku ini, ia menceritakan tentang kehidupan di sebuah kota yang bernama Belantik, keseharian yang terasa nyata dengan kehidupan masyarakat Indonesia pada umumnya. Dengan sederhana Andrea menggambarkan seluk-beluk rutinitas masyarakatnya, dimulai dari masa kecil segerombolan bocah-bocah yang seringkali menjadi korban bulan-bulanan dari segerombolan bocah-bocah tengik yang berlagak. Hingga mereka beranjak dewasa dan memiliki kehidupan masing-masing, lepas dari bangku sekolah dan berjuang untuk alasan hidup. Waktu tak banyak mengubah nasib mereka, segerombolan bocah-bocah yang diremehkan akhirnya tetap pula menjadi orang-orang yang tak diperhitungkan, begitu pun dengan segerombolan bocah-bocah berandal yang menjadi semakin berandal saja. 

Melalui diksi-diksi yang elok dan renyah untuk dibaca, Andrea mampu mengemas kritik-kritik sosial yang sangat mengena dan sarat makna. Dari maraknya budaya bullying, mahalnya biaya pendidikan,  sulitnya penanganan kesehatan untuk orang miskin, tipikal warga kita yang suka pamer, hingga benih-benih kolusi, juga trik-trik korupsi yang melibatkan beberapa elemen di masyarakat. 

Tapi yang menggemaskan saya adalah klimaks cerita, sungguh menjadi kejutan yang kocak dan menggembirakan. Namun, diluar dugaan. 

Misalnya, saat sekawanan "kacung kampret" merencanakan perampokan pada sebuah bank, bagaimana mungkin segerombolan bocah-bocah yang dulu hingga masa dewasanya masih saja dungu dapat melakukan hal itu dengan hanya mencontoh film-film yang mereka tonton. Atau seorang polisi dengan dedikasi tinggi dan kejujuran yang tak diragukan lagi, dapat terkecoh praktik-praktik kejahatan di kotanya yang terkenal aman tenteram. 

Benar, seperti kata Andrea Hirata, buku ini menceritakan tentang orang-orang biasa. Orang-orang yang biasa kita jumpai setiap harinya, bahkan kita pun termasuk di dalamnya. Judul yang ringan, cover buku yang menarik berwarna kuning dan ilustrasi unik dengan pesan yang tersembunyi namun menggambarkan isi keseluruhan novel ini.

Membacanya pun dapat diselesaikan dalam waktu singkat karena selain memang seru dan bukunya tidak begitu tebal. Saya saja menyelesaikannya sambil bekerja di kantor. Yang kadang membuat heran teman-teman saya, kenapa saya sebentar-sebentar cekikikan.

Selamat membaca, banyak kejutan yang tidak saya ceritakan lho :)






12 comments:

  1. Pingin baca tapi gak mau beli bukunya wwkwkwk

    Otw nyari nyari pinjaman buku ini

    ReplyDelete
  2. Saya baru minggu lalu selesai baca novel ini, dan menghibur sekali. Sama spt Mbak, suka ngikik bacanya walaupun kalo saya awalnya kurang paham ttg alur cerita yang dibangun hehe. Mirip review Mbak diatas, saya juga menggarisbawahi kritik sosial yang bertebaran di buku ini.
    Yang paling menarik ketika plot twist, fakta tentang perampokan yang gak disangka-sangka itu hahaha.
    OOB cocok lah jadi bacaan santai, meski tema nya berat tapi dikemas dgn bahasa yg ringan dan apik :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. ah toss deh kita mbk... lanjut Andrea yg sirkus pohon mbak, saya malahan baru beli itu belakangan hihi

      Delete
    2. Recommended ya Mbak yg judul itu? Okee cusss cari bukunyaa hehe.

      Delete
  3. oh, saya belum baca karya Andrea Hirata yang ini...

    ReplyDelete
  4. Wah... cekikikannya bikin penasaran 😃 smg bisa baca buku ini nanti. Tfs

    ReplyDelete
    Replies
    1. bukunya gk tebal kok mbk dan nagih... selamat membaca ^^

      Delete