THOUGHT&BOOK

Menulislah Seperti Apa Kata Penulis Dunia


"You must write your first draft with your heart. You rewrite with your head. The first key to writing is... to write, not to think." William Forrester 

"Writing only leads to more writing." Collete

"Menulislah untuk dirimu sendiri, dan teruslah menulis tanpa memikirkan pendapat orang lain tentang tulisanmu." Dee

"Inspirasi dibangun menjadi dunia nyata dalam imajinasi yang kemudian dituliskan." Ahmad Tohari

Sesuatu bergenderang didalam kepala saya meminta dituliskan pada sebuah catatan, dan akhirnya saya menuangkan gerombolan huruf-huruf itu kedalam jurnal pagi saya.

Seperti motivasi yang diungkapkan oleh William Forrester, Collete, Ahmad Tohari diatas, Dee pun mengemukakan hal yang serupa. Bahwa sebagai penulis hanya akan bisa memutuskan apakah akan menggunakan aturan-aturan dan standar dalam mengerjakan tulisan atau tidak, ketika ia mengerjakan tulisan itu sendiri. Dari menulis dan menulis, justru akan mengantarkan pada pemahaman yang lebih jauh apa yang kita perlukan atau tidak, kenapa harus menggunakan aturan secara tegas atau melewatinya saja.

Jadi, tugas kita adalah hanya menulis dan menulis saja. Setelah habit tersebut terbentuk, kepekaan penulis akan terlatih dan disanalah keputusan dibuat.

Saya pribadi sudah mengalaminya dan paham betul apa yang dimaksud oleh para penulis diatas, (kalaupun karya saya sama-sekali belum ada) hehe. Namun, seperti saya memotivasi diri saya sendiri, saya juga ingin siapapun termotivasi dari hal ini. 

Seringkali saya menulis dengan pola mengalir ketika sudah berada didepan laptop atau layar komputer. Biasanya ide-ide itu akan meledak ketika saya telah menyelesaikan sebuah bacaan yang menginspirasi saya. Dalam kasus saya, menulis dan membaca adalah pasangan yang solid, maka akan timpang satu hal tanpa hal lainnya.

Selama ini saya menulis dengan draft yang ada dikepala saya, dan seringkali saya menemukan kejutan-kejutan lain ketika proses menulis seperti ini. Hanya saja masalahnya adalah, saya membutuhkan waktu yang lebih panjang dan keadaan yang benar-benar kondusif.

Pada akhirnya, kebanyakan tulisan-tulisan saya tersebut tidak pernah rampung karena terkadang rentang waktu untuk kembali kepada tulisan yang belum selesai tadi membuat ide-ide awal menjadi bersayap. Pada satu sisi hal ini justru sangat positif karena dengan begitu artinya  ide-ide saya berkembang, namun sisi tidak sehatnya adalah saya menjadi kebingungan untuk menentukan satu alur cerita dan fokus disana.

Sampai disini, saya memahami bahwa saya harus banget menggunakan kerangka karangan dan proses menganalisis. 

Proses menganalisis maksudnya adalah, memastikan bahwa tulisan-tulisan saya sudah mengandung unsur-unsur penting dalam kepenulisan dan sudah terstruktur atau tidak.

Nah, seperti yang saya katakan diatas tadi, pada akhirnya setelah menulis berulang kali dan nyaris semua tulisan tidak selesai, saya menemukan kelemahan saya. Bahwa saya perlu menerapkan aturan dan standar baku kepenulisan untuk membantu saya, dan tentu saja imajinasi kita harus tetap bebas menemukan bentuk-bentuknya yang baru tanpa merasa dibatasi.

Namun satu hal yang penting dalam tulisan, yaitu pesan yang ingin disampaikan dan bagaimana menyampaikannya dengan cara yang selalu lebih baik dan jelas.



*)Source image: The Exchange 


2 comments:

  1. Halo mba Ria. Saya lihat blog mba dan berikut tulisan-tulisannya. Wah insipired buat saya, saya juga suka topik-topik yang mba buat. Semoga selalu semangat dalam menulis ya mba!! Salam kenal :)

    ReplyDelete
  2. btw makasih mbk, hehhe.. saya juga suka nih tulisan ini, https://rekamairan.blogspot.com/2019/04/taking-off-days-decluttering.html?showComment=1556669386973#c6681635722916562772

    ReplyDelete